Wednesday, February 04, 2009

Between Study, Career and Life.

As a student and soon to be a graduate, career is one big question that need to be addressed very soon. Back to the time when I was in undergrad, the challenge was not as big as nowadays. In 2001, I was graduated as an engineer and at the same time the telecomm meltdown period also happened. It was such an unpredictable situation as a student who in need to look for a job. However, I landed in one of the Indonesian holding company and not so long jumped again into a multinational company where I spent until 5.5 years there.

Now, in 2009 with a Master of Business Administration degree and financial crisis everywhere, surely "where am I heading to?" become a serious question. The choice of study in business school came to my thought in 2004 and it took me about 3 years to realize it and another 2 years to accomplish it. After having the MBA degree, there will be more opportunities and challenges come along the way. It is just a matter of fit and proper choice of career then, and the rest is just working for your life and career.
Life is very important to me. I only live once and how I live my life is something that I will remember for the rest of my life. Well, I should find a career track that support"work-life balance" then. What do you mean by "work-life"?Probably, some of you asked that? Well, it simply means that you can still fulfill your personal life with joy and at the same time earn a successful career. Nothing to be sacrificed upon getting the other's supremacy.

How about you? Do you want to have "work-life balance" in your career as well?
I bet you do. The difference is only from how you interpret the balance.
So, make your choices and fulfill them. Good luck!

Tuesday, February 03, 2009

Melbourne Business School


Melbourne Business School (MBS) is a subsidiary of the University of Melbourne. Part of the stake also owned by the school alumni and business community. Each year, international students registered to MBS and made up more than a half of the student body. The diversity really makes MBS as an internationally reputable business school.

By having more than half as international student, campus offered variety of activities and clubs that we can participate with. I am actively engage in some of the clubs and chosen as the secretary of Resource Interest Group (RIG) and member of Entrepreneur club. Other than that, I also join cultural clubs such as :
  • ASEAN club, consist of mainly south-east Asian student with activities like Chinese New year celebration, International food festival, karaoke, learn mahjong etc..
  • Indian Culture (InCult). Hmm, it was definitely Bollywood movies and spicy taste Indian cuisine.
  • Latin Networking Group. With the purpose of learning Salsa lesson, I joined this group and the result is now I have confidence enough to dance salsa :)
These are culture groups for relax and networking purposes.

Before I started the academic term, I had three weeks of pre-term class consists of career workshop and world of management (WOM).

The career workshop provided tools to prepare the student in their future career such as find out our career desire, tailor the resume and cover letter, hone interview skill, and learn how to dress up professionally.

The WOM classes aimed to lay down the fundamental thought of leadership and management before we step further into core class. In WOM, we learnt personal management, managing diversity, working in groups and, the most interesting course, managing stress.

Study term was quite challenging. Having few years in career and leaving classroom, I should re-adjust with the fast academic pace. In classroom, students are in race to ask many questions to the lecturer and classroom atmosphere is really stimulating. Some professors put class interaction in class as subject grade, which impulse all students to contribute more in class. I have to study core courses that I have never learnt before such as accounting, finance, and marketing. For some students, these subjects could be dreadful because they have to cope up fast and get inline with the course requirement.

Student should engage with his syndicate group to discuss group assignments. Syndicate assignment is really challenging especially when concerns with different personal characteristic.
Each person in my syndicate has different background: IT, insurance, accountant, banking, consumer goods, army and none of us have the same nationality. We used to interact with different sets of situation during our career and thus may reflect to our personal characters. Sometimes we spent so many times to argue and debate until consolidate and reach conclusion. Syndicate group is a perfect learning experience and good tools to understand people behavior and working with that.

I like being a student because I can learn new things and apply them in particular case without distressing the result will be. Unlike in real business life when you have to face consequences of having improper decisions. This is something that I learn while time goes. I believe when I finish study in MBS, I will ready to apply my knowledge.

1.5 years in Melbourne

Time is running so fast til I realize that my study in MBS is almost complete within few months from now.

It has been 18 months since my first arrival in Melbourne. It was late winter in Melbourne, when I arrived in mid August 2007. Eleven degrees breeze and fog mist surrounded that morning and the new journey began.

My one-and-a-half years experiences in Melbourne filled with many things. Most are joyful, sometimes ups or downs, and definitely all of them unforgettable moments.

The most important thing that I have in Melbourne is friendship, everlasting one. My biggest thanks to Patricia,Vonny, Edison, Mbak Shinta, Mas Agus and Zaki and all my friends here for sharing so many things with me in Melbourne. Thanks for sharing nice moments in Melbourne!

Saturday, January 31, 2009

Melbourne lumpuh karena kepanasan

Pekan ini adalah pekan terpanas yang pernah dialami oleh Melburnians (warga Melbourne) selama 100 tahun terakhir. Dalam tiga hari sejak Rabu 28 Januari hingga Jumat 30 Januari 2009, suhu udara di kota Melbourne dan sekitarnya mencapai angka 45 derajat Celcius. Bahkan dimungkinkan di beberapa daerah mencapai angka 50 derajat.

Dengan kondisi seperti ini, pemerintahan negara bagian (State Premier) sudah memberikan peringatan akan adanya heat wave yang dapat memicu hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh karenanya semenjak jauh-jauh hari, sudah diumumkan bahwa warga dilarang untuk melakukan hal-hal yang dapat memicu terjadinya kebakaran, seperti BBQ di tempat terbuka.

Di beberapa daerah, kebakaran hutan tetap terjadi dan merembet ke fasilitas saluran listrik yang mengakibatkan kelumpuhan sistem pasokan listrik ke pusat kota dan kerusakan jaringan kendali transportasi dalam hari-hari tersebut. Ada beberapa kejadian yang patut untuk dicatat disini, bahwa untuk kota yang disebut sebagai The Most Liveable City in the world, ternyata dalam menghadapi kejadian perubahan cuaca ini saja, pemerintahan sudah kewalahan mengatasi hal-ha berikut:

Kebakaran
Akibat tekanan panas dan heat wave, terjadi kebakaran di beberapa daerah di wilayah state Victoria. Susah payah John Brumby (State Premier) meninjau ke lokasi dan melihat potensi kerugian karena kabakaran. Semoga tidak ada koala-koala yang jadi korban ya..

Kereta tidak dapat beroperasi
Dari sekitar 2000 jadwal kereta yang ada, 730 jadwal harus dibatalkan dikarenakan sistem transportasi mengalami kegagalan total dan mayoritas jalur kereta yang menghubungkan Pusat kota/Central Business District dengan suburbs di sekitar menghentikan layanannya.
Operator kereta (Connex) menyatakan bahwa mereka harus menghentikan atau menunda layanan moda transportasi ini dikarenakan kerusakan pada armada kereta mereka. Sebagai wujud permintaan maaf, Connex membagi-bagikan es krim dan memberikan layanan gratis selama satu hari untuk para penumpang kereta, bis, dan tram. Layanan gratis ini bekerja sama dengan operator bis dan tram.


Ada beberapa penyebab dihentikannya layanan kereta saat suhu terlalu ekstrim seperti hari Kamis dan Jumat yang lalu (menurut versi Connex)


  • rel dapat mengembang dan berpotensi bahaya saat dilalui
  • sinar matahari yang terlalu terik dapat mengganggu pandangan masinis kereta untuk melihat jalur dan sinyal rambu-rambu
  • cipratan api dapat terjadi antara logam rel dan karet pembatas jalur
  • AC hanya dapat berfungsi normal saat suhu 35 derajat dan suhu ekstrim dapat menyebabkan disfungsi
Para warga komuter yang tinggal di outer suburbs (pakenham, cranbourne, epping,upfield, dll) biasanya dapat pulang ke rumah dalam waktu 30 menit, kini harus gigit jari karena harus menghadapi stress atas ketidak pastian berjam-jam menunggu dapat terlayani kereta.

Mati Lampu

Bisa dibayangkan jika harga listrik yang sangat tinggi tetapi warga masih tetap harus mengalami yang namanya mati listrik, tentunya warga sangat kesal dan meminta pertanggungjawaban dari operator (bahkan sampai ke tingkat pemimpin negara) untuk meningkatkan layanan agar tidak byar pet hanya gara-gara udara panas.
Sungguh ironi ternyata di negara maju masih juga mengalami hal yang sama dengan negara tetangga yang fasilitas pelayanan listriknya masih jauh tertinggal.

Bahkan Crown Casino yang dikenal sebagai ikon kota Melbourne pun terpaksa harus menerima kenyataan diputuskan aliran listrik. Wah, para penjudi itu pasti kesal sekali dan mencari-cari alasan agar dapat kompensasi kerugian :)
Korban jiwa
Yang sangat disayangkan adalah jatuhnya korban jiwa karena kepanasan. Bahkan, ambulans pun sangat sibuk melayani permintaan bantuan dari warga masyarakat.

Australian Open 2009
Ternyata panas juga membawa 'korban' bergugurannya beberapa pemain tenis dikarenakan tidak mampu menahan panas saat sedang bertanding. Salah satu contoh adalah pemenang AO tahun 2008, Novak Djokovic, terpaksa menyerah setelah panas yang menyengat membuat dirinya kehilangan kontrol dan konsentrasi saat sedang bertanding. Dia pun takluk oleh suhu 40 derajat di lapangan.

Lesson learned:
Apa yang dapat kita tangkap sebagai pelajaran dari peristiwa ini:
1. Wujud komitmen terhadap pelayanan publik sangat bagus terlihat dengan kesigapan dan cepat tanggap terhadap kegagalan yang terjadi. Mampukah kita contoh? Coba para pembaca yang bekerja di sektor publik tolong dibantu jawab?
2. Terlalu terlena dengan kenyamanan, sehingga lupa bahwa bahaya dan system faultiness dapat terjadi sewaktu-waktu. Saat itu terjadi, ternyata sistem tidak siap! Prepare the contingency plan earlier!
3. Jangan lupa kalo mother nature masih punya kuasa membolak-balik keadaan. Baru dikasih panas sedikit saja udah amburadul, apalagi kalo dikasih 100 derajat ;P

Thursday, January 15, 2009

Supir saya

Oleh: Ust.Yusuf Mansyur

Kita tidak mengenal Allah. Itu yang menyebabkan kita tidak menyambut
kedatangan-Nya. tidak di shalat fardhu, dan lebih tidak lagi di shalattahajjud.
Beruntunglah orang-orang yang tahu bahwa Allah itu selalu datang. Datang dengan
segala karunia-Nya, datang dengan segala pertolongan- Nya. Untuk kemudahan
berkendaraan, Allah karuniakan saya supir.

Saya tidak menganggap supir saya ini lebih rendah dari saya. Malah
saya
seringkali membesarkan hatinya, bahwa kemana saya ceramah, maka dia dapet juga
pahala kebaikannya. Asal dia mau membaca basmallah dan berdoa agar amalan
ceramah saya, pun ia dapatkan. Namun, ketika saya tidak mendapati supir saya
tepat waktu, tidak kurang sayapun suka terbersit rasa kesal. "Bagaimana
sih? Udah tahu mau jalan, koqmalah ga ada?" begitu saya berpikir. Di satu
waktu, saya memberitahu supir saya, agar dia standby langsung didepan lobi satu
tempat, sebab sudah akan jalan lagi ke tempat yang lain. Dan saya sudah
wanti-wanti dengan sangat. Yang demikian itu, agar tidak jadi hambatan bagi
perjalanan saya. Tapi rupanya dia tidak mengindahkan. Begitusaya keluar, dia
tidak ada. Begitu saya telpon, katanya sedang ngantar saudara saya ke depan
jalan utama, mencari taksi. Saya marah, namun, bersabar rasanya lebih baik.
Karena saya tidak bisa menunggu lebih lama, saya bilang sama dia, saya naik
taksi saja
juga dah. Dan dia saya suruh pulang. Ada suara bersalah di ujung
seberang HP sana. Namun saya tidak mau berlama-lama lagi. Saya tutup telponnya
dan saya segera mencari taxi. Sebelum taxi yang saya pesan, sampe, supir saya
sudah datang dan meminta maaf.

Sekarang saya sadar, bahwa selama ini sayapun sering mengecewakan Allah, Tuhan
saya yang sudah demikian baik kepada saya, kepada keluarga saya, kepada semua
manusia. Dan sekarang saya membiarkan Allah menunggu saya...Saya tidak dapat
membayangkan, andai yang mengucapkan kalimat: "Tunggu ya Pak!", adalah
supir saya. Ya, ketika saya perlu dia, dia lalu mengatakan itu. Lebih konyol
lagi kalo dia bilang, Pak, kalo ga sabar, silahkan saja naik taxi ya. Saya makan
dulu... (???!!!). Wuih, saya tidak dapat membayangkan, apa yang saya akan
lakukan terhadap supir saya itu. Lebih lagi saya tidak mampu membayangkan jika
saya lah yang menjadi supir buat majikan saya. Saya harus
selalu standby buat
majikan saya. Lalu kenapa kita tidak pernah siap siaga untuk Allah, Tuhan kita?

Disebut siap siaga bila kita selalu stel panca indera kita. Kita, menjadi
weker, atau alarm, untuk diri kita sendiri. Selalu waspada setiap waktu shalat
datang. Syukur-syukur bila kita mau menjaga wudhu kita. Jadi, gaperlu mengantri
ketika saat shalat datang. Makin cepat kita datang kepada Allah, rasanya hidup
kita akan didahulukan ketimbang orang-orang yang selalu telat datangnya. Makin
kita bergegas menuju Allah, menyambut Allah, doa-doakita pun akan semakin cepat
dikabul, masalah-masalah kalau datang cepatselesainya, hajat kalau ada bisa
Allah segerakan pencapaiannya. Tapi apa boleh buat.

Selama ini kita menyadari bahwa sama yang namanya shalat, kita jarang
mementingkannya. Romantisme Bertauhid Allah, Yang Maha Perkasa, selalu
mendatangi kita. Disambut tidak disambut,dilayani tidak dilayani, dengan
Kasih
Sayang-Nya, DIA selalu hadir dikehidupan kita. Lantaran tidak mengenal-Nya, kita
lalu menjadi manusia-manusia yang kehilangan momen berharga bertemu dengan
Pemilik Dunia ini. Subhaanallaah.

Masih seputar supir saya, alangkah manisnya bila kemudian ketika saya keluar
dari satu tempat, dia sudah standby dengan mobil yang AC nya sudah dingin
menyebar ke seluruh kabin mobil. Lebih lega lagi saya kalau kemudian mobil itu
bersih luar dalem dan wangi. Tambah bangga saya, kalau kemudian ia turun dari
mobilnya, lalu dengan sopannya membukakan pintu mobil untuk saya. Saya seperti
raja, he he he. Tapi ya, sehari-hari saya tidak demikian. Inikan cerita
"alangkah manisnya". Bukan yang sebenarnya. Tapi logika ini mau
dipakai untuk menunjukkan kesiapan kita dan kesopanan kita terhadap
Allah.Ternyata, jauh sekali dari yang semestinya.

Mestinya, jangan Allah yang menunggu kita. Tapi kita yang menyambut
kedatangan
Allah. Kita sudah siap siaga sebelum datangnya waktu shalat. Kita sudah siap
siaga sebelum muadzdzin mengumandangkan azannya. Bagi yang mengingat masa-masa
pergi haji atau umrahnya, koq bisa ya kalo ditanah suci kita melangkahkan kaki
kita ke masjid, jauh sebelum azan? Bahkan ada yang tidak beranjak dari masjidil
haram atau masjidin nabawi, memilih untuk menunggu datangnya waktu shalat yang
lain. Coba diprogram hidup kita, dengan menyetel ulang jadwal ibadah kita. Mari
kita sambut Allah. Jangan biarkan lagi kita yang ditunggu Allah. Syukur-syukur
kita mau menyambut Allah dengan pakaian yang lebih bagus ketimbang kita menemui
manusia. Kalaupun tidak, siapkan wewangian khusus untuk menyambut Allah yang
kita pakai hanya ketika menghadap-Nya. Kita kemudian tegakkan shalat-shalat
sunnah. Kita datang sebelum waktu azan...Duh, indahnya...Saya kadang suka iseng
membayangkan, Allah turun dengan Malaikat-Malaikat
Pengiring-Nya. Allah memasuki
masjid dengan Anggun-Nya, penuh Wibawa, penuh Pesona. Lalu saya menoleh ketika
Allah datang, lantaran saya sudah di dalammasjid duluan. Lalu Allah tersenyum
kepada saya dan saya katakan, saya sudahdi sini ya Allah. Saya sudah di
sini.
Begitulah. Asli. Candaan iseng, bayangan iseng ini, senang sekali
saya
bayangkan. Sehingga hati ini senang betul mengambil air wudhu untuk tajdiidul
wudhu (memperbaharui wudhu). Saya ingin Pencipta saya senang bahwa saya
betul-betul mengabdi pada-Nya. Saya belum mampu mengabdi banyak, ya dengan cara
beginilah dulu. Tampil di muka ketika shalat. Subhaanallaah.

Begitu pun ketika masa shalat tahajjud. Ketika saya terbangun, saya bayangkan
bahwa Allah yang membangunkan saya. DIA berada di samping saya,dan membangunkan
saya dengan penuh Kelembutan dan Kasih Sayang-Nya. MasyaAllah. Bertentangan
tentu memvisualkan hal-hal seperti ini. Tapi inilah saya. Romantisme
bertauhid
dengan Allah menjadi sangat nyata buat saya.

Ketika saya pedengerkan keluhan saya, saya bercerita kepada yang melebihi
sahabat dekat saya. Saya perdengarkan keluhan-keluhan saya tentang
kejadian-kejadian hidup yang saya lewati, detail, pelan-pelan. Pakai bahasa
sehari-hari dengan tetap memperhatikan kesantunan, adab, kesopanan layaknya saya
bicara dengan Tuhan Pemilik Alam ini. Tapi ya itu, visualisasi bahwa saya sedang
bercengkrama dengan-Nya, saya usahakan betul, agar Allah hadir di hati saya.
Dalam suasana sentimentil, misalnya sedang marah, sedang kecewa, sedang sangat
senang, atau sedang sangat sedih, biasanya manusia sanggup bercengkerama dengan
Allah. Rahasianya barangkali karena hatinya dihadirkan untuk berdioalog dengan
Allah. Semoga kita bisa senantiasa menyambut Allah dan bermesra-mesraan
dengan-Nya. Kendalikan perasaan dengan memprogramnya. Sehingga kapanpun,
romantisme bertauhid bisa
senantiasa kita rasakan. Kepada-Nya lah semua urusan
dikembalikan. Kita berdoa terus agar Allah berkenan memperkenalkan diri-Nya
kepada kita dan kita bisa mengenal-Nya.Amin.


"Positive minds brings you positive life"